Kyai besar dan Waliyullah yang
sangat dihormati di kalangan masyarakat ini, yang biasa disapa Kyai Minhaj,
adalah salah satu “Pusaka Kyai” asal Desa Banyumudal, Kecamatan Moga, Kabupaten
Pemalang. Beliau senantiasa menjalin silaturahmi, tegas, mengayomi, menghormati
tamu, sopan santun, berakhlaq, dan teguh menjaga ajaran agama Islam. Seluruh
hidupnya diabdikan kepada masyarakat, dari seluruh penjuru Kab. Pemalang, Beliau
dengan ikhlas menjadi muballigh setia yang ikhlas li i’la’i kalimatillah.
Beliau bahkan menganggap pengabdian
ini sebagai laku tarekatnya. Menurut banyak orang yang menjadi saksi hidupnya,
Kyai Minhaj adalah seorang guru (kyai) dari Pemalang yang kurang dikenal di
tingkat nasional, namun keilmuan dan pangkat kewaliannya menimbulkan ketakjuban
hebat dari satu ujung jaringan ke ujung jaringan lainnya. Diantara ketakjuban
itu adalah seperti yang diungkapkan oleh Gus Dur, pada saat kunjungannya ke
Pemalang tahun 1988. Gus dur mengatakan bahwa baru kali ini ada ulama desa yang
mampu membuat kyai-kyai nasional tercengang.
Nama aslinya adalah KH. Minhajul
Abidin bin KH. Mahlan Jami’ bin KH. Maqsum bin KH. Mu’id, diperkirakan lahir
sekitar tahun 1942. Ayahnya bernama Hadlrotussyeikh KH. Mahlan Jami’ bin KH.
Maksum, seorang ulama terkemuka, dan merupakan salah satu soko gurunya Jawa
Tengah selain KH. Armia dari Cikura Bojong Tegal. Ibunya bernama Nyai Isti’anah
atau anak cucu menyebutnya dengan sebutan Mbone dari Bumijawa Kab.
Tegal. Kyai Minhaj adalah anak terakhir dari delapan saudara, yakni Nyai Jami’,
Nyai Hj. Shofiyah Munfi’ah, Nyai Hj. Sholihah, Nyai Khumaeroh, Nyai Jamroh, KH.
Muhammad Bilal, Nyai Nu’imah, Nyai Hj. Wuryanah.
Sejak kecil Kyai Minhaj telah
dididik oleh ayahnya sendiri untuk
mendalami ilmu agama, baru setelah ayahnya yaitu KH. Mahlan Jami’ sudah merasa
sepuh, beliau dikirim ke Pondok Pesantren Al Hidayah Lasem Kab. Rembang dibawah
asuhan KH. Muhammad Maksum Achmad atau lebih terkenal dengan sebutan Mbah
Maksum Lasem.
Tanda-tanda keutamaan Kyai Minhaj
telah diketahui semenjak kecil, diantaranya adalah cerita karomah surat KH.
Muhammad Bilal kepada Kyai Minhaj. Suatu ketika KH. Muhammad Bilal sedang
mendalami ilmu agama di Pon. Pes. Kaliwungu Kendal. Lalu, suatu hari beliau
menyurati keluarganya yang ada di kampung untuk memberikan kabar. Namun, isi
surat itu semuanya berbahasa Arab tanpa harokat. Oleh Kyai Minhaj, yang waktu
itu masih kecil surat tersebut dibaca dengan fasih padahal beliau belum sempat
memahami ilmu Nahwu dan Shorof dan ilmu bahasa arab lainnya. Selain itu, salah
satu karomahnya adalah ketepatan dalam berbicara. Setiap Kyai Minhaj
mengucapkan sesuatu, maka tidak menunggu lama apa yang beliau ucapkan pasti
terjadi.
Kyai Minhaj selama hidupnya menikah
satu kali yaitu dengan Nyai Hj. Nuriyah. Sejak muda Kyai Minhaj sudah hidup
zuhud. Beliau sempat menjadi pedagang baju di Pasar Moga membantu istrinya. Sembari
berdagang beliau juga menyempatkan diri untuk mengajar umat dan dengan gigih
mengajari masyarakat ilmu agama sebagai bekal kehidupan akhirat kelak.
Sebagai kyai NU beliau juga gigih
berjuang mendukung membesarkan NU bersama kyai-kyai lainnya seperti KH.
Syahmarie Warungpring. Beliau amat mencintai organisasi ini, sehingga beliau
menjabat sebagai Rais Aam Majlis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Kec. Moga, dan
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kab. Pemalang. Bahkan Kyai Minhaj sendiri
selalu didatangi oleh banyak kyai sebagai rujukan jika ada urusan penting di
tubuh NU untuk meminta nasihat dan doanya, terutama mengenai masalah agama yang
sulit diputuskan. Misalnya ketika penentuan Awal Ramadhan, beliau didatangi
ulama-ulama besar untuk meminta nasihat dan ini rutin setiap tahun, juga
mengenai permasalahan wanita yang menjabat sebagai kepala desa atau lainnya.
Salah satu master piece yang beliau
torehkan adalah sebuah kitab permasalahan agama yang dinamai dengan Kitab
Tansiq Al Afham Li Irsyaadi Al Awwam yang berisi 50 soal agama terutama dalam bidang Fiqh. Kitab
ini disusun setelah ada Bahtsul Masa’il NU Kec. Moga untuk menjawab persoalan
fiqh kontemporer yang banyak dijumpai dikalangan masyarakat.
KH. Minhajul Abdin wafat pada tahun
1997. Upacara pemakamannya dibanjiri massa yang ingin memberikan penghormatan
terakhir. Pemakamannya dihadiri oleh banyak tokoh ulama, tokoh masyarakat dan
pejabat pemerintah.
Oleh : Maeluny Pandu Atmojo dari berbagai
sumber
Semoga kelak kita bisa berkumpul bersama orang2 soleh seperti halnya Mbah Kyai Minhajul Abidin ...Amin
BalasHapusAmiin..
HapusAmiiin,.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusAlhamdulillah, saya ikut mengantar dan mengangkat kerandanya, keranda seperti mengalir di atas lautan kepala para peziarah dari rumah duka sampai peristirahatan terakhir beliau...
BalasHapusAlhamdulillah, saya ikut mengantar dan mengangkat kerandanya, keranda seperti mengalir di atas lautan kepala para peziarah dari rumah duka sampai peristirahatan terakhir beliau...
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusBeliau kiai minhajul abidin satu kelas dengan kakek saya waktu di Sekolah Rakyat (SR),kata kakek saya anaknya cerdas.maaf min mengenai tahun lahirnya sepertinya kiai minhajul abidin lahir kurang lebih tahun 1942,Seumuran dengan kakek saya.
HapusTerimakasih atas masukannya mas
Hapus