*Disarikan dari arahan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya (Rais Aam Jam’iyyah Ahlit Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah/JATMAN)
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. al-Hujurat ayat 13).
Arti dari “ta’aruf” teramat luas. Yang pertama ta’aruf kesadaran bahwa kita dengan segala keanekaragaman adalah bermula dari satu ayah-satu ibu, Adam dan Hawa. Dari satu keturunan itu kemudian kita dijadikan berbagai suku dan bangsa dengan bahasa dan budaya yang berbeda-beda. Dari bangsa Arab, Amerika, Rusia, China, Indonesia dlsb.
DARI TA’ARUF MENUJU CINTA DAN BELA TANAH AIR*
Bukan itu saja, (kedua) kita perlu mengenali/ta'aruf akan kekayaan alam dan potensi bangsa dari Sabang sampai Merauke. Dan bagaimana posisi strategisnya kepulauan Indonesia di tengah poros dunia. Dengan mengenali kekayaan, potensi dan posisi strategisnya Indonesia kita menjadi tahu tantangan kita yang sesungguhnya sebagai bangsa yang memiliki sejuta pesona, ibarat seorang gadis lincah nan cantik jelita di tengah kerumunan para pejantan yang sewaktu-waktu siap menerkam. Semua ingin untuk mendapatkan Indonesia, untuk memiliki, menguasai dan menjarah Indonesia.
Dengan mengenali ta’aruf yang demikian kita tentu terpanggil untuk ikut menjaga serta mempertahankan keutuhan dan kesatuan wilayah Indonesia. Bukan hanya dari sisi nasionalis dan kebangsaan semata kita terpanggil, akan tetapi lebih jauh syariat Islam mengajarkan pada kita untuk menjaga dan mempertahankan hak milik kita sampai darah penghabisan. Dalam upaya yang demikian syara' memberikan apresiasi yang tinggi atas kecintaan seseorang pada bangsa dan tanah airnya dengan memberikan predikat sebagai seorang Syahid. Senagaimana sabda Nabi Saw.:
مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ
Barangsiapa dibunuh karena membela hak miliknya (apalagi tanah airnya) maka dia mati syahid.” (HR. at-Tirmidzi no. 1338, 1339 dan 1341, dan Ibn Majah no. 2570).
Inilah bagian dari makna ta'aruf. Siapapun yang dapat dan mau menggali makna ta'aruf dengan mendalam pasti dia akan menjadi pembela sejati untuk bangsanya sebagaimana yang sudah dilakukan dan dicontohkan para ulama kita. Tak satupun dari mereka kecuali Pencinta NKRI dan Pencinta Pancasila. Karena Pancasila terbukti mampu menjadi penyeimbang yang mempertemukan seluruh elemen bangsa hingga terselamatkan dari cerai-berai.

Selanjutnya Allah membekali kepada umat manusia agar tidak merasa lebih tinggi dari bangsa lainya dengan ketegasan bahwa kemuliaan seseorang dan suatu bangsa ditentukan dari tingkat ketakwaan mereka. Bila semua bangsa memahami ayat ini maka tidak bakal terjadi pertempuran di muka bumi. (Ditulis oleh: KH. Zakaria Ansor)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top