Di
masyarakat kita masih banyak orang yang belum mengetahui tentang hal ihwal
Nisfu Sya'ban; baik berkaitan dengan peristiwa yang terjadi di dalamnya maupun
dasar yang kuat berkaitan dengan perintah melakukan ibadah. Sebab, kenyataan di
masyarakat banyak orang kalau menghadapi malam Nisfu Sya'ban melakukan berbagai
ibadah. Di sisi lain, ada orang yang berpendapat bahwa melakukan ibadah seperti
membaca Yasin, salat malam dan sebagainya tidak ada dalil yang kuat. Untuk itu
mohon penjelasan mengenai duduk perkara dari ibadah Nisfu Sya'ban.
Jawaban:
Pada
malam tanggal 15 Sya'ban (Nisfu Sya'ban) telah terjadi peristiwa penting dalam
sejarah perjuangan umat Islam yang tidak boleh kita lupakan sepanjang masa. Di
antaranya adalah perintah memindahkan kiblat salat dari Baitul Muqoddas yang
berada di Palestina ke Ka'bah yang berada di Masjidil Haram, Makkah pada tahun
ke delapan Hijriyah.
Sebagaimana
kita ketahui, sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah yang menjadi kiblat salat
adalah Ka'bah. Kemudian setelah beliau hijrah ke Madinah, beliau memindahkan
kiblat salat dari Ka'bah ke Baitul Muqoddas yang digunakan orang Yahudi sesuai
dengan izin Allah untuk kiblat salat mereka. Perpindahan tersebut dimaksudkan
untuk menjinakkan hati orang-orang Yahudi dan untuk menarik mereka kepada
syariat al-Quran dan agama yang baru yaitu agama tauhid.
Tetapi
setelah Rasulullah saw menghadap Baitul Muqoddas selama 16-17 bulan, ternyata
harapan Rasulullah tidak terpenuhi. Orang-orang Yahudi di Madinah berpaling
dari ajakan beliau, bahkan mereka merintangi Islamisasi yang dilakukan Nabi dan
mereka telah bersepakat untuk menyakitinya. Mereka menentang Nabi dan tetap
berada pada kesesatan.
Karena
itu Rasulullah saw berulang kali berdoa memohon kepada Allah swt agar
diperkenankan pindah kiblat salat dari Baitul Muqoddas ke Ka'bah lagi, setelah
Rasul mendengar ejekan orang-orang Yahudi yang mengatakan, "Muhammad
menyalahi kita dan mengikuti kiblat kita. Apakah yang memalingkan Muhammad dan
para pengikutnya dari kiblat (Ka'bah) yang selama ini mereka gunakan?"
Ejekan
mereka ini dijawab oleh Allah swt dalam surat al Baqarah ayat 143:
وَمَا جَعَلْنَا
الْقِبْلَةَ الَّتِى كُنْتَ عَلَيْهَا إلاَّ لِيَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ
مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ.
Dan
kami tidak menjadikan kiblat yang menjadi kiblatmu, melainkan agar kami
mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot…
Dan
pada akhirnya Allah memperkenankan Rasulullah saw memindahkan kiblat salat dari
Baitul Muqoddas ke Ka'bah sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat
144.
Diantara
kebiasaan yang dilakukan oleh umat Islam pada malam Nisfu Sya'ban adalah
membaca surat Yasin tiga kali yang setiap kali diikuti doa yang antara lain
isinya adalah:
"Ya
Allah jika Engkau telah menetapkan aku di sisi-Mu dalam Ummul Kitab (buku
induk) sebagai orang celaka atau orang-orang yang tercegah atau orang yang
disempitkan rizkinya maka hapuskanlah ya Allah demi anugerah-Mu, kecelakaanku,
ketercegahanku, dan kesempitan rizkiku.."
Bacaan
Yasin tersebut dilakukan di masjid-masjid, surau-surau atau di rumah-rumah
sesudah salat maghrib.
Sebagian
dari orang-orang yang mengaku ahli ilmu telah menganggap ingkar perbuatan
tersebut, menuduh orang-orang yang melakukannya telah berbuat bid'ah dan
melakukan penyimpangan terhadap agama karena doa dianggap ada kesalahan ilmiyah
yaitu meminta penghapusan dan penetapan dari Ummul Kitab. Padahal kedua hal
tersebut tidak ada tempat bagi penggantian dan perubahan.
Tanggapan
mereka ini kurang tepat, sebab dalam syarah kitab hadist Arbain Nawawi
diterangkan bahwa takdir Allah swt itu ada empat macam:
Takdir
yang ada di ilmu Allah. Takdir ini tidak mungkin dapat berubah, sebagaimana
Nabi Muhammad saw bersabda:
لاَيَهْلِكُ اللهُ
إلاَّ هَالِكًا
"Tiada
Allah mencelakakan kecuali orang celaka, yaitu orang yang telah ditetapkan
dalam ilmu Allah Taala bahwa dia adalah orang celaka."
Takdir
yang ada dalam Lauhul Mahfudh. Takdir ini mungkin dapat berubah, sebagaimana
firman Allah dalam surat ar-Ra'du ayat 39 yang berbunyi:
يَمْحُو اللهُ مَا
يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الكِتَابِ.
"Allah
menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan apa yang dikehendaki, dan di
sisi-Nyalah terdapat Ummul Kitab (Lauhul Mahfudz)."
Dan
telah diriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwa beliau mengucapkan dalam doanya yaitu
"Ya Allah jika engkau telah menetapkan aku sebagai orang yang celaka maka
hapuslah kecelakaanku, dan tulislah aku sebagai orang yang bahagia".
Takdir
dalam kandungan, yaitu malaikat diperintahkan untuk mencatat rizki, umur,
pekerjaan, kecelakaan, dan kebahagiaan dari bayi yang ada dalam kandungan tersebut.
Takdir
yang berupa penggiringan hal-hal yang telah ditetapkan kepada waktu-waktu yang
telah ditentukan. Takdir ini juga dapat diubah sebagaimana hadits yang
menyatakan: "Sesungguhnya sedekah dan silaturrahim dapat menolak kematian
yang jelek dan mengubah menjadi bahagia." Dalam salah satu hadits Nabi
Muhammad saw pernah bersabda,
إنَّ الدُّعَاءَ
وَالبَلاَءَ بَيْنَ السَّمَاءِ والاَرْضِ يَقْتَتِلاَنِ وَيَدْفَعُ الدُّعَاءُ
البَلاَءَ قَبْلَ أنْ يَنْزِلَ.
"Sesungguhnya
doa dan bencana itu diantara langit dan bumi, keduanya berperang; dan doa dapat
menolak bencana, sebelum bencana tersebut turun."
Diantara
kebiasaan kaum muslimin pada malam Nisfu Sya'ban adalah melakukan salat pada
tengah malam dan datang ke pekuburan untuk memintakan maghfirah bagi
para leluhur yang telah meninggal dunia. Kebiasaan seperti ini adalah berdasar
dari amal perbuatan atau sunnah Nabi Muhammad saw. Antara lain ada hadist yang
diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dalam Musnadnya dari Sayidah Aisyah RA, yang
artinya kurang lebih sebagai berikut:
"Pada
suatu malam Rasulullah saw berdiri melakukan salat dan beliau memperlama
sujudnya, sehingga aku mengira bahwa beliau telah meninggal dunia. Tatkala aku
melihat hal yang demikian itu, maka aku berdiri lalu aku gerakkan ibu jari
beliau dan ibu jari itu bergerak lalu aku kembali ke tempatku dan aku mendengar
beliau mengucapkan dalam sujudnya: "Aku berlindung dengan maaf-Mu dari
siksa-Mu; aku berlindung dengan kerelaan-Mu dari murka-Mu; dan aku berlindung
dengan Engkau dari Engkau. Aku tidak dapat menghitung sanjungan atas-Mu
sebagaimana Engkau menyanjung atas diri-Mu." Setelah selesai dari salat
beliau bersabda kepada Aisyah, "Ini adalah malam Nisfu Sya'ban.
Sesungguhnya Allah 'azza wajalla berkenan melihat kepada para hamba-Nya pada
malam Nisfu Sya'ban, kemudian mengampunkan bagi orang-orang yang meminta ampun,
memberi rahmat kepada orang-orang yang memohon rahmat, dan mengakhiri ahli
dendam seperti keadaan mereka."
Nabi
Muhammad saw pada malam Nisfu Sya'ban berdoa untuk para umatnya, baik yang
masih hidup maupun mati. Dalam hal ini Sayidah Aisyah RA meriwayatkan hadits:
إنَّهُ خَرَجَ فِى
هَذِهِ اللَّيْلَةِ إلَى الْبَقِيعِ فَوَجَدْتُهُ يَسْتَغْفِرُ لِلْمُؤْمِنِيْنَ
وَالمُؤْمِنَاتِ وَالشُّهَدَاءِ.
"Sesungguhnya
Nabi Muhammad saw telah keluar pada malam ini (malam Nisfu Sya'ban) ke
pekuburan Baqi' (di kota Madinah) kemudian aku mendapati beliau (di pekuburan
tersebut) sedang memintakan ampun bagi orang-orang mukminin dan mukminat dan
para syuhada."
Banyak
hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal, at-Tirmidzi, at-Tabrani, Ibn
Hibban, Ibn Majah, Baihaqi, dan an-Nasa'i bahwa Rasulullah saw menghormati
malam Nisfu Sya'ban dan memuliakannya dengan memperbanyak salat, doa, dan
istighfar.
0 komentar:
Posting Komentar