TOKOH ; Manakib Al Alim Al Allamah Syeikh Abi Amin Badali Muhammad Zaini Bin Abdul Ghoni Al Banjari
Abah Guru Sekumpul Martapura _Siapakah yang tidak tahu dengan sosok KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani atau lebih dikenal dengan Guru Sekumpul? Setiap muslim nusantara khususnya muslim di pulau Kalimantan Selatan, terlebih di Martapura, pasti tahu akan sosok ulama besar Indonesia ini. Kebesaran dan kemuliaan nama beliau senantiasa mengharum hingga detik ini walaupun beliau telah meninggal pada tahun 2005 yang lalu. Lalu bagaimanakah biografi ulama besar satu ini? Berikut ini admin Forkisnu akan membagikan sekelumit mengenai manaqib beliau yang sangat agung dan penuh dengan teladan. 
KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani atau lebih populer dipanggil dengan nama Guru Sekumpul merupakan seorang ulama besar di Indonesia yang lahir pada tanggal 11 Februari 1942 di Tunggul Irang, Martapura dan meninggal juga di Martapura pada tanggal 10 Agustus tahun 2005. Ayah beliau bernama Syaikh Abdul Ghani sedangkan ibu beliau bernama Hajah Masliah binti Syaikh Mulia bin Syaih Muhyiddin
Apabila diruntut silsilah dari Abah Guru Sekumpul ini, maka beliau masih merupakan keturunan Ulama Besar Nusantara yaitu Datuk Kalampayan Syaikh Muhammad Arsyad Al Banjari. Silsilah beliau adalah sebagai berikut: KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani (Abah Guru Sekumpul) bin Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Seman bin Muhammad Sa'ad bin Abdullah bin Al-Mufti Muhammad Khalid bin Al-Aalim Al-Allamah Al-Khalifah Hasanuddin bin Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari.
Sebagai ulama besar yang pernah hidup di nusantara ini, beliau dikenal baik dengan berbagai macam nama besar, yaitu: KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani, Abah Guru Sekumpul, Abah Guru Sekumpul, Qusyairi (nama kecil beliau), atau Syaikhul Islam Al Alim Al Allamah Al Arif Billah Al Bahr Al Fahaamah Al Wali Al Quthb Al Akwaan Asy Syaikh Al Mukarram Maulana Abi Amin Badali Muhammad Zaini bin Abdul Ghani Al Banjari seperti yang tertara dalam kitab Al Imdad karya beliau.
Sedari kecil, Abah Guru Sekumpul sudah terbiasa dengan pendidikan agama karena memang beliau hidup dan tumbuh besar di dalam lingkungan agamis yang ketat dan teguh dalam menjalankan perintah agama. Karenanya tak heran apabil sejak kecil beliau telah banyak makan garam seputar ilmu-ilmu agama seperti ilmu ketauhidan (ushuluddin), akhlak, al-Quran dan hadist, dan lain sebagainya. Adapun guru pertama beliau tak lain adalah ayah beliau sendiri, Syaikh Abdul Ghani. Selain itu, beliau juga mendapatkan gemblengan keras agar selalu mencintai dan menghormati para ulama khususnya dzurriyahnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Keulamaan dan kewalian beliau telah terlihat dan telah nampak tanda-tandanya sejak beliau kecil. hal ini dibuktikan bahwa menurut riwayat, Abah Guru Sekumpul ketika masih kecil sering menunggu kedatangan Al-Allim Al-Fadhil Syaikh Zainal Ilmi yang ingin sekali menemui beliau semata-mata hanya untuk bersalaman mencium tangan beliau yang penuh berkah.
Tatkala umur Abah Guru Sekumpul menginjak usia tujuh tahun, beliau mengikuti pendidikan formal pertamanya di madrasah ibtidaiyah Darussalam, Martapura. Kemudian pada tahun 1955 (usia 13 tahun) beliau melanjutkan ke jenjang MTs, yaitu di Madrasah Tsanawiyah Darussalam, Martapura. Selain itu beliau juga mengenyam pendidikan agama non formal, khususnya kepada Syaikh Seman Mulia yang merupakan pamannya sendiri. Syaikh Saman terhitung menjadi guru beliau yang sangat berperan penting dalam mendidik beliau menjadi sosok ulama besar.
Pendidikan yang diterapkan Syaikh Saman terhitung unik. Beliau hampir tidak mengajarkan ilmu-ilmu agama secara langsung kepada Abah Guru Sekumpul, kecuali ketika berada di sekolahan. Syaikh Seman mendidik beliau dengan membangun kecintaan kepada para ulama dengan mengajak Abah Guru Sekumpul kecil bersilaturahmi mendatangi para ulama besar di masanya untuk belajar mengaji kepada mereka, baik itu para ulama di Kalimantan Selatan maupun di Jawa. Salah satunya, Abah Guru Sekumpul diajak atau diantara oleh Guru Seman kepada Al-Alim Al Allamah Syaikh Anang Sya'rani yang dikenal masyarakat luas sebagai seorang muhaddits dan seorang yang ahli dalam ilmu tafsir.
Walau Syaikh Seman Mulia seringkali tidak langsung mengajarkan ilmu keislaman kepada Abah Guru Sekumpul, akan tetapi beliau menjadi seorang pendidik yang sangat disiplin. Ada diceritakan bahwa suatu ketika Abah Guru Sekumpul kecil ingin sekali bermain ke pasar seperti kebanyakan anak-anak seusianya. namun saat akan memasuki pasar tiba-tiba pamannya, Syaikh Seman, berada di hadapannya dan memerintahkannya untuk segera pulang. Anehnya, orang-orang yang berada di pasar tidak ada seorang pun yang melihat Syaikh Seman. Akhirnya Abah Guru Sekumpul pulang kembali ke rumah.
Sosok Abah Guru Sekumpul merupakan sosok yang bisa dikatakan sangat menonjol dan sangat mumpuni di bandingkan dengan anak kebanyakan di usianya. Bagaimana tidak, beliau di umur yang masih sangat belia, yaitu tujuh tahun, sudah hafal al-Quran dan pada umur sembilan tahun sudah hafal tafsir Jalalain yang sangat terkenal di dunia islam itu. Kemudian pada usia kurang dari sepuluh tahun, beliau sudah mendapatkan anugerah dari Allah mendapatkan khususiyah berupa Kasyaf Hissi atau yang seringkali diartikan sebagai anugerah berupa kemampuan melihat dan mendengar apa yang ada di dalam atau yang terdinding.
Karena sudah mendapatkan pendidikan agama dan kedisplinan tingkat tinggi, pada akhirnya Abah Guru Sekumpul menjadi ulama besar di masanya dan menjadi rujukan dan tempat bertanya bagi sebagian besar muslim di Indonesia khususnya di Martapura dan sekitarnya.
Beliau tidak pernah jemu memberikan nasihat yang sangat berharga yang patut kita renungi dan kita amalkan ajaran-ajaran beliau. Diantara sekian banyak ajaran beliau yaitu tentang karamah. Menurut beliau, kita jangan mudah tertipu dengan orang-orang yang mengaku memiliki karamah. Sebab menurut beliau, karamah itu bukan ilmu yang dapat dipelajari. Akan tetapi karamah tiada lain merupakan anugerah dari Allah ta'ala yang dikhususkan kepada hamba-hambaNya yang bertakwa kepada Allah. Karena bukanlah suatu keahlian atau skill, maka kita jangan sekali-kali beribadah kepada Allah hanya dengan niat menginginkan hal itu semua.
Tuan Abah Guru Sekumpul juga pernah memberikan nasihat penting lainya, diantaranya yakni sebagai berikut, bahwa kita diperintahkan untuk menghormati para ulama khususnya kedua orang tua kita. Senantiasa berbaik sangka atau husnudzan kepada setiap muslim. Senantiasa dermawan dan manis muka. Senantiasa menjaga diri dari menyakiti orang lain. Senantiasa memberikan maaf apabila ada orang lain yang berbuat salah kepada kita. Senantiasa menjaga diri agar jangan bermusuhan dengan seorangpun. Senantiasa menjaga diri dari sifat tamak, rakus, serakah dan sebangsanya.  Senantiasa berpegang teguh kepada Allah ta'ala, agar hajat kita terkabul. Beliau juga menasihati bahwa kita harus yakin keselamatan itu pada kebenaran.
Dalam perjalan dakwahnya, Syaikh Zaini memusatkan dakwahnya di majelis pengajian Mushala Ar-Raudhah. Di majelis ini ribuan bahkan puluhan ribu santri dan jamaah datang dan istiqamah mengaji kepada beliau. Banyak sekali yang datang mulai dari daerah Martapura Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Pulau Jawa, hingga dari mancanegara seperti dari Malaysia, Brunei, Singapura, dan lain sebagainya. Selain itu pengajian beliau juga banyak dipenuhi oleh para habaib yaitu dzuriyat atau keturunannya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Dalam perjalanan dakwahnya di Mushala Ar-Raudhah, Abah Guru Sekumpul mengadakan pengajaran khusus untuk mengkaji kitab Ihya' Ulumiddin, pembacan burdah, pembacaan maulid azab, pembacaan dalailul khairat, Ratibul Hadad, istighfar berjamaah, dan lain sebagainya. 
Abah Guru Sekumpul juga dikenal sebagai seorang mursyid tarekat Sammaniyah yang memiliki ribuan bahkan puluhan ribu murid. Beliau juga seorang penulis yang produktif. Diantara kitab karya tulis beliau adalah: Nubdzatun Fi Manaqibil Imamil Masyhur bil ustadzil A'dzam Muhammad bin Ali Ba'alawi, Ar-Risalah An-Nuraniyah Fi Syarhit Tawasulatis Samaniyah, Manaqib Asy-Syaikh As-Sayyid Muhammad bin Abdul Qadir Al-Qadiri Al-Hasani As-Samman Al-Madani, Risalah Mubaraqah, Al Imdad.
Adapun guru-guru beliau adalah sebagai berikut: KH. Aini Kandangan, Al-Alim Al-Fadhil Al-Hafidzh Syaikh Nashrun Thahir, Al-Alim Syaikh Salman Jalil. Beliau merupakan seorang pakar dalam ilmu falak dan faraidh. Di masa tuanya, Syaikh Salman ini berguru kepada Abah Guru Sekumpul, sebuah contoh dari seorang ulama besar yang tidak malu untuk berguru kepada muridnya. Lalu Al-Alim Al-Allamah Syaikh Seman Mulia, Al-Alim Al-Fadhil Husain Qadri, Al-Alim Al-Fadhil Syaikh Salim Ma'ruf, Al-Alim Al-Fadhil Asy-Syaih Sya'rani Arif, Syaikh Syarwani Abdan Bangil (Guru khusus/guru suluk), Al-Alim Al-Allamah Asy-Syaikh Muhammad Amin Kutbi (Guru khusus/guru suluk), KH. Tubagus Muhammad Falak Bogor, Syaikh Yasin bin Isa Padang Makkah, Syaikh Hasan Masyath, Syaikh Ismail Al-Yamani, Syaikh Abdul Qadir Al-Barr.
Tuan Abah Guru Sekumpul hidup selama 63 tahun. Pada awal Agustus 2005 beliau sakit dan sempat dirawat di Rumah Sakit Mount Elizabeth Singapura selama 10 hari. Pada tanggal 9 Agustus beliau tiba di bandar Udara Syamsuddin Noor Banjarbaru dengan menggunakan pesawat carter F-28 pukul 20.30 malam. Akhirnya pada tanggal 10 Agustus 2005 hari rabu pagi pukul 05.10, Tuan Abah Guru Sekumpul menghembuskan nafas terakhirnya di kediamannya yang sekaligus merupakan komplek pengajian Ar-Raudhah. Beliau meninggal pada usia 63 tahun akibat komplikasi gagal ginjal. Pada hari Rabu sore, pukul 16.00 beliau dishalati di mushala Ar-Raudhah.
Detik-detik Terakhir Wafatnya Abah Guru Sekumpul
Setelah didiagnosa mengidap penyakit gagal ginjal, atas saran dan permintaaan H. Rudy Arifin, Gubernur Kalsel ketika itu, serta kesepakatan keluarga, akhir Juli 2005, tepatnya Jumat 29 Juli, Abah Guru Sekumpul akhirnya dibawa berobat ke RS Mount Elizabeth, Singapura. Kepergian beliau kesana selain disampingi istri, keluarga, juga di sertai H. Rudy Arifin dan Bupati Banjar.
Tepat 1 Agustus 2005, Abah Guru Sekumpul mulai di opname, dilantai 3 ruang khusus. Perawatan secara intensif dipimpin dokter Gordonku Kwok Tai, dokter spesialis ginjal dan penyakit dalam. Setelah 2 hari dirawat, kesehatan Abah Guru Sekumpul berangsur membaik. Melihat hal itu, H. Rudy Arifin meminta ijin untuk pulang lebih dahulu karena pada 5 Agustus ia harus hadir pada pelantikan gubernur. Saat itu Abah Guru Sekumpul yang sudah membaik berujar : "Mun ikam bulik, aku umpat bulik jua di ai"
Tapi karena melihat kondisi Abah Guru Sekumpul, H. Rudy Arifin tentu tidak bisa mengabulkan permintaan beliau. Alhamdulillah hingga 4 Agustus 2005 kesehatan Abah Guru Sekumpul terus membaik. Namun berita yang beredar ditanah air, khususnya di Kalsel berbeda kenyataannya di Singapura. Masyarakat Kalsel dihebohkan beredar berita, terutama di radio tentang wafatnya Abah Guru Sekumpul. Kabar itu membuat sedih dan bingung masyakarat, khususnya jamaah majelis Arraudhah Sekumpul yang ada dimana-mana meski mereka tak percaya kabar itu.
Bahkan diberbagai tempat,mushalla dan masjid para pecinta Abah Guru Sekumpul terus melaksanakan shalat hajat dan membaca Yaasin untuk kesembuhan Abah Guru Sekumpul. Namun akhirnya kabar tersebut Diklarifikasi dan dibantah pihak keluarga dekat, kerabat Sekumpul, termasuk gubernur Kalsel H. Rudy Arifin sendiri.
Hari ke 6 di Mount Elizabeth, tepatnya Sabtu, 6 Agustus 2005 kesehatan Abah Guru Sekumpul mulai menurun. Dan saat Abah Guru Sekumpul sudah meminta pulang ke Martapura, atas saran tim dokter yang dipimpin dr. Gordonku Kwok Tai, yang ternyata lancar berbahasa Indonesia, Abah Guru Sekumpul diminta agar tetap menjaga perawatan secara intensif. Lebih-lebih melihat kondisi Abah Guru Sekumpul saat itu sangat lemah.
Besok lusanya, tepatnya hari Senin 8 Agustus 2005, Abah Guru Sekumpul kembali sesak nafas dan harus dilakukan cuci darah. Pada sore harinya diketahui hasil pemeriksaan dokter bahwa kondisi kesehatan Abah Guru Sekumpul sangat sulit ditangani. Tim medis pun sudah angkat tangan. Singkatnya dan Abah Guru Sekumpul pun akhirnya diijinkan pulang ke Martapura. Namun malam harinya mendadak tensi beliau menurun drastis.
Di Saksikan keluarga dekat, saat itu Abah Guru Sekumpul melafadzkan kalimat thoyyibah "Laa Ilaha Illallah" sebanyak 3 kali. Dengan suara rendah beliau melanjutkan dengan kalimat "Muhammad Rasulullah". Usai itu tidak ada kata satupun lagi yang keluar dari mulut beliau.
Pada pagi Selasa, 9 Agustus 2005, seluruh keluarga sepakat membawa pulang Abah Guru Sekumpul. Pihak keluarga didampingi H. Sulaiman, HB mempersiapakan segala sesuatunya untuk pulang. Termasuk transportasi dari Singapura ke Banjarmasin. Menjelang sore, Abah Guru Sekumpul dibawa dengan ambulance menuju bandara Changi Singapore, sementara pihak keluarga naik mobil lain. Pada pukul 17:30 Abah Guru Sekumpul langsung menuju Banjarmasin, dengan rute Singapura-Pontianak-Banjarmasin. Sesaat sebelum transit di bandara Supadio Pontianak, Abah Guru Sekumpul sempat mengalami kesulitan pernafasan.
Tim medis yang saat itu ikut mengantar pulang segera memberikan perawatan hingga mendarat di Pontianak kondisi pernafasan Abah Guru Sekumpul sudah kembali normal. Pada sekitar pukul 20:30 WITA pesawat carter Foker bertuliskan Anugrah yang membawa Abah Guru Sekumpul mendarat di bandara Syamsuddin Noor Banjar. Kedatangan Abah Guru Sekumpul disambut suka cita oleh masyakarat dan pecintanya. Terlihat diruangan VIP bandara sudah menunggu sejumlah pejabat penting daerah seperti gubernur Kalsel H. Rudy Arifin, Bupati Banjar H. Khairul Saleh, HG Rusdi Effendy AR (Pemimpin Umum Harian Banjarmasin Post), Danlanud Syamsuddin Noor, dll.
Begitu pintu pesawat dibuka H. Rudy Arifin langsung naik ke pesawat, sedangkan penjemput lainnya menunggu didepan tangga. Mobil pribadi Abah Guru Sekumpul dengan nomor plat DA 9596 ZG yang sudah dipersiapkan langsung membawa Abah Guru Sekumpul. Sekitar 45 menit kemudian rombongan sudah tiba di komplek Sekumpul rumah beliau. Meski berita kedatangan Abah Guru Sekumpul ini sudah diketahui sebagian masyarakat, namun mereka tidak tahu persis kapan Abah Guru Sekumpul datang. Beberapa saat setelah Abah Guru Sekumpul datang, menjelang tengah malam itu terlihat orang banyak berkumpul disekitar kediaman beliau,khususnya pintu belakang. Nampak jamaah duduk sambil menengok kearah pintu menunggu kabar terbaru Abah Guru Sekumpul tercinta. Malam itu Abah Guru Sekumpul lewat keluarga beliau memberikan ijin kepada jamaah dan masyarakat umum untuk membesuknya secara bergantian selama 1,5 jam. Sehingga tidak mengherankan kalau warga berdesak-desakan masuk bertemu Abah Guru Sekumpul.
Menjelang tengah malam antrian panjang itupun ditutup. Disisi lain melewati tengah malam, kondisi kesehatan guru semakin memburuk. Bahkan dikabarkan sempat koma. Saat mendekati Subuh kesehatan Abah Guru Sekumpul tambah drastis. Seluruh keluarga nampak tidak beranjak disamping Abah Guru Sekumpul terbaring.
Sebagian mereka ada yang membaca Alqur'an dengan suara rendah, semua sedang berharap agar Allah berikan terbaik kepada Abah Guru Sekumpul yang merupakan orang tua dan abah yang sangat mereka cintai. Suasana nampak senyap dengan didampingi keluarga dekat termasuk istri serta 2 putra mahkota Abah Guru Sekumpul. Tepat pukul 05:10 WITA, setelah mengucapkan lafaz Allah-Allah Abah Guru Sekumpul menghembuskan nafasnya yang terakhir. "INNALILLAHI WA INNA ILAIHI ROJIUN".
Beliau wafat dalam usia 63 tahun miladiyah atau 65 tahun hijriyah. Sang waliyullah Al Arifbillah Al Alim Al Allamah Maulana Syeikh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani Al Banjari sang tokoh panutan ini telah meninggalkan kita semua untuk selamanya. Namun petuah dan nasehatnya takkan pernah lekang oleh waktu. Seperti yang beliau sampaikan dalam tausyiahnya bahwa guru mursyid lebih tajam pandangannya setelah wafat.
Usai shalat Subuh terdengarlah pengumuman corong mikrofon Mushalla Arraudhah,yang memberitahukan wafatnya Abah Guru Sekumpul. Kabar duka inipun segera menyebar lewat TV, Radio, koran, telpon HP, maupun pengumuman Mesjid-mesjid,langgar hingga tersebar diseluruh dipelosok. Umat pun terperangah, masyarakat begitu terkejut bagai tak percaya, tapi nyata. Tidak sedikit histeris tertunduk berurai air mata. Sesungguhnya kesedihan yang tak terperi mendengar wafanya sang guru tercinta yang sangat mereka cintai. Betapa tidak, sejak perawatan di Singapura, awal Agustus itu, guru dikabarkan baik-baik saja namun sekembali dari Singapura hanya berselang jam kemudian guru dipanggil maha kuasa menghadapnya.
Kerinduan yang baru saja terobati mendengar Abah Guru Sekumpul pulang, harus pupus untuk selamanya. Dan wafatnya ulama besar ini benar-benar meninggalkan duka yang teramat dalam bagi umat. Seakan digerakan oleh tangan yang tak terlihat, ratusan ribu umat akhirnya pagi itu berbondong-bondong menuju komplek Musholla Arraudhah Sekumpul untuk mengantarkan kepulangan sang Qutbil Akwaan. Umat Islam menyampaikan duka yang mendalam dan ucapan selamat jalan kepada sang panutan ini. Tetesan air mata duka, deraian air mata kesedihan seakan akan tak bisa tertahankan lagi. Isak tangis adalah keniscayaan mengantarkan sang panutan yang sangat kita cintai.
Tapi itulah sunnatullah yang musti berlaku. Tak ada seorangpun yang bisa menyanggahnya. Sungguh Allah telah mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada keabadian di alam ini, tidak ada yang kekal dijagat raya ini. Semua kita dari Allah, dan pasti kembali kepada Allah.
Masyarakat Kalimantan Selatan khususnya Martapura berduka dengan duka yang sangat mendalam. Hal ini bisa dilihat dari keadaan pasar Martapura yang biasanya ramai di pagi hari mendadak menjadi sepi dan semua kios serta toko ditutup. Begitu pula beberapa kantor dinas, termasuk kantor bupati Banjar. Seluruh masyarakat berkumpul ke kediaman Abah Guru Sekumpul untuk ta'ziyah dan memberikan penghormatan terakhir kepada beliau. 

Beliau wafat dengan meninggalkan dua putra yang dikemudian hari menjadi penerus beliau, yaitu Syaikh Muhammad Amin Al-Badali dan Syaikh Ahmad Hafi Badali.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top