Assalamu‘alaikum wr. wb.
Setelah
satu Syawal banyak orang mengamalkan puasa sunah enam hari di bulan Syawwal.
Pertanyaan saya begini, bolehkah orang mengqadha puasa Ramadhannya sekaligus
meniatkan puasanya sebagai puasa sunah? Mohon penjelasan. Terima kasih. Wassalamu
‘alaikum wr. wb. (Suparta/Bekasi
Jawaban
Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Penanya
yang budiman, semoga Allah SWT menurunkan rahmat-Nya untuk kita semua. Puasa
sunah Syawwal sangat dianjurkan mengingat kebesaran keutamaan yang terkandung
di dalamnya. Orang yang berpuasa sunah selama enam hari di bulan Syawwal
setelah puasa Ramadhan, seolah mendapatkan pahala puasa setahun penuh.
Hanya
saja, orang-orang yang memiliki utang puasa Ramadhan dianjurkan untuk mengqadha
segera utang puasanya. Setelah utang puasa Ramadhannya terbayar, maka ia boleh
melanjutkannya dengan puasa sunah Syawwal.
ولو صام في شوال قضاء أو نذرا أو غير ذلك ، هل تحصل له السنة
أو لا ؟ لم أر من ذكره ، والظاهر الحصول. لكن لا يحصل له هذا الثواب المذكور خصوصا
من فاته رمضان وصام عنه شوالا ؛ لأنه لم يصدق عليه المعنى المتقدم ، ولذلك قال بعضهم
: يستحب له في هذه الحالة أن يصوم ستا من ذي القعدة لأنه يستحب قضاء الصوم الراتب
ا هـ
Artinya, “Kalau seseorang mengqadha puasa, berpuasa nadzar, atau berpuasa lain di bulan Syawwal, apakah mendapat keutamaan sunah puasa Syawwal atau tidak? Saya tidak melihat seorang ulama berpendapat demikian, tetapi secara zahir, dapat. Tetapi memang ia tidak mendapatkan pahala yang dimaksud dalam hadits khususnya orang luput puasa Ramadhan dan mengqadhanya di bulan Syawwal karena puasanya tidak memenuhi kriteria yang dimaksud. Karena itu sebagian ulama berpendapat bahwa dalam kondisi seperti itu ia dianjurkan untuk berpuasa enam hari di bulan Dzul qa’dah sebagai qadha puasa Syawwal,” (Lihat Al-Khatib As-Syarbini, Mughnil Muhtaj, Beirut, Darul Marifah, cetakan pertama, 1997 M/1418 H, juz I, halaman 654).
Kalau
pun ia tidak melanjutkan pembayaran utang puasa wajibnya dengan puasa sunah
Syawwal, ia tetap dinilai mengamalkan sunah puasa Syawwal meski tidak
mendapatkan ganjaran seperti yang disebutkan di dalam sabda Rasulullah SAW.
Adapun
mereka yang tidak berpuasa Ramadhan tanpa uzur diharamkan untuk mengamalkan
puasa sunah Syawwal. Mereka wajib mengqadha segera utang puasanya. Sedangkan
mereka yang tidak berpuasa Ramadhan karena uzur tertentu, makruh mengamalkan
puasa sunah Syawwal.
وَقَضِيَّةُ كَلَامِ التَّنْبِيهِ وَكَثِيرِينَ أَنَّ مَنْ
لَمْ يَصُمْ رَمَضَانَ لِعُذْرٍ أَوْ سَفَرٍ أَوْ صِبًا أَوْ جُنُونٍ أَوْ كُفْرٍ
لَا يُسَنُّ لَهُ صَوْمُ سِتَّةٍ مِنْ شَوَّالٍ . قَالَ أَبُو زُرْعَةَ : وَلَيْسَ
كَذَلِكَ : أَيْ بَلْ يُحَصِّلُ أَصْلَ سُنَّةِ الصَّوْمِ وَإِنْ لَمْ يُحَصِّلْ
الثَّوَابَ الْمَذْكُورَ لِتَرَتُّبِهِ فِي الْخَبَرِ عَلَى صِيَامِ رَمَضَانَ .
وَإِنْ أَفْطَرَ رَمَضَانَ تَعَدِّيًا حَرُمَ عَلَيْهِ صَوْمُهَا. وَقَضِيَّةُ
قَوْلِ الْمَحَامِلِيِّ تَبَعًا لِشَيْخِهِ الْجُرْجَانِيِّ ( يُكْرَهُ لِمَنْ
عَلَيْهِ قَضَاءُ رَمَضَانَ أَنْ يَتَطَوَّعَ بِالصَّوْمِ كَرَاهَةُ صَوْمِهَا
لِمَنْ أَفْطَرَهُ بِعُذْرٍ
Artinya, “Masalah di Tanbih dan banyak ulama menyebutkan bahwa orang yang tidak berpuasa Ramadhan karena uzur, perjalanan, masih anak-anak, masih kufur, tidak dianjurkan puasa sunah enam hari di bulan Syawwal. Abu Zur‘ah berkata, tidak begitu juga. Ia tetap dapat pahala sunah puasa Syawwal meski tidak mendapatkan pahala yang dimaksud karena efeknya setelah Ramadhan sebagaimana tersebut di hadits. Tetapi jika ia sengaja tidak berpuasa di bulan Ramadhan tanpa uzur, maka haram baginya puasa sunah. Masalah yang disebutkan Al-Mahamili mengikuti pandangan gurunya, Al-Jurjani. (Orang utang puasa Ramadhan makruh berpuasa sunah, kemakruhan puasa sunah bagi mereka yang tidak berpuasa Ramadhan karena uzur),” (Lihat Syamsuddin Ar-Ramli, Nihayatul Muhtaj, Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah, cetakan ketiga, 2003 M/1424 H, juz III, halaman 208).
Saran
kami, mereka yang memiliki utang puasa Ramadhan baiknya mengqadha utang
puasanya terlebih dahulu. Setelah itu mereka baru boleh mengamalkan puasa sunah
Syawwal.
Demikian
jawaban singkat kami. Semoga bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka
dalam menerima kritik dan saran dari para pembaca.
Wallahul
muwaffiq ila aqwathih thariq,
Wassalamu
’alaikum wr. wb.
Source
: www.nu.or.id
0 komentar:
Posting Komentar